--> Skip to main content


  

[CERBUNG] D2C: Harta Karun Yang Tak Terlihat (Eps. 2)

BAB 2: Demi Seorang Teman

Sebelum membaca bab ini, silahkan baca dulu bab sebelumnya di:

dua detektif lokal indonesia


   Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa kelas VII-A berhamburan ke luar ruangan. Termasuk juga si dua bocah, Jono dan Nino. Mereka kini tengah berada di luar kelas.
   "Hei, kenapa si Dita belum sembuh juga?" Tanya Jono memulai percakapan. Bocah jangkung itu sepertinya mulai kangen dengan salah satu teman baiknya itu.
   "Entahlah," jawab Nino heran. Dia kemudian berfikir sejenak. "Oh iya, bagaimana kalau kita jenguk dia hari ini? Katanya sih si Dita masih dirawat di rumah sakit."
   "Ide yang bagus!" Seru Jono setuju. "Nanti kita kumpul di markas, bagaimana?"
   "Oke," Jawab Nino.
   Kedua sahabat itu kemudian bergegas pulang dan menuju ke rumah masing-masing. Keduanya sepakat untuk menjenguk Dita nanti jam 3 siang.


   Tepat pukul setengah 3 siang, saat ini si Jono tengah stand-by di bawah rumah pohon bersama sepeda BMX nya. Dia tengah menunggu Nino yang janjinya akan menjemputnya di sana.
   15 menit kemudian muncul lah si Nino bersama sepedanya. Dia mengenakan baju kaos hitam.
   "Akhirnya datang juga kau," gumam si Jono. "Apa kita bisa berangkat sekarang?"
   "Tentu saja," sahut Nino. Bocah itu kemudian memalingkan sepedanya dan segera berangkat – diikuti oleh si Jono. Keduanya pun kini bersepeda dengan santai menuju ke rumah sakit.
   Perjalanan mereka kali ini adalah menuju ke Rumah Sakit Ulin Banjarmasin -- tempat si Dita dirawat. Jarak antara markas dengan rumah sakit itu memakan waktu sekitar 20 menit kalau mengendarai sepeda. Jarak yang tidak terlalu jauh bagi mereka.
   20 menit kemudian, sampai lah Jono dan Nino di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin. Rumah sakit bercat cokelat itu itu ukurannya sangat besar -- dengan jumlah 3 gedung utama. Halaman parkirnya pun sangat luas, dan banyak mobil serta sepeda motor yang terparkir di sana.
   Setelah memarkirkan sepeda masing-masing, Jono dan Nino langsung bergegas masuk ke dalam rumah sakit itu. Mereka kemudian mencari ruangan tempat Dita dirawat. Tidak perlu waktu lama, mereka akhirnya menemukan ruangan itu – yang berada di lantai 2 rumah sakit.
   Alangkah terkejutnya Jono dan Nino tatkala melihat Dita terbaring dalam keadaan koma. Badannya semakin kurus, dan di tangannya terdapat suntikan infus. Di samping tempat tidur Dita, ada ayahnya, ibunya dan adik laki-lakinya. Sang Ibu tiada henti menangisi putri tercintanya itu.
   Nino pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan itu. Dia berjalan diikuti oleh si Jono.
   "Maaf, permisi. Kami adalah temannya Dita. Boleh kami masuk?" Tutur Nino dengan ramah.
   Orang-orang yang ada di dalam ruangan sedikit terkejut. "Si-silahkan masuk," jawab ibunya Dita dengan terbata. Beliau berusaha mengusap air mata yang membasahi pipinya.
   Nino pun berjalan masuk diikuti Jono. Keduanya kemudian mendekati Dita yang tak sadarkan diri. Terlihat raut wajah iba yang terpancar dari wajah Nino dan Jono.
   "Kasihan sekali si Dita," bisik si Jono kepada Nino. “Badannya semakin kurus saja.”
   Nino pun memberanikan diri untuk bertanya, "Tante, memangnya Dita sakit apa?"
   Mendengar pertanyaan dari si Nino, ibunya Dita justru menangis lagi. Beliau tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Kemudian ayahnya Dita yang menjawab pertanyaan dari Nino.
   "Kata Dokter, Dita divonis terkena kanker," kata ayah Dita lirih. "Lebih tepatnya kanker usus dengan stadium yang mengkhawatirkan," wajah ayahnya Dita semakin lesu. Kepalanya tertunduk
   Mendengar jawaban itu, Nino dan Jono semakin iba. Mereka tak menyangka penyakit separah itu bisa menimpa teman baik mereka. Sungguh di luar dugaan.
   "Apakah Dita bisa sembuh, om?" Kali ini giliran Jono yang bertanya.
   "Entahlah," jawab ayah Dita singkat. Sementara ibunya Dita masih berlinangan air mata, dan adiknya Dita juga ikut-ikutan menangis mendengar perkataan ayahnya.
   "Apakah tidak ada cara untuk menyembuhkan Dita? Operasi mungkin?" Tanya Nino kemudian.
   Mendengar pertanyaan itu, ayahnya Dita kemudian menghela nafas panjang.
   "Sebenarnya masih bisa dengan cara operasi,” jelas ayahnya Dita. “Tapi kata dokter, biayanya ratusan juta rupiah. Mana mungkin kami memiliki uang sebanyak itu."
   Kemudian si Jono berbisik lagi kepada Nino. "Bagaimana ini? Kasian sekali si Dita."
   Si Nino hanya terdiam saja. Seluruh ruangan juga nampak terhenyak pasca perkataan ayahnya Dita. Mereka tampak pesimis akan kesembuhan Dita. Mereka tampak sedih sekali.
   Lumayan lama semua orang terdiam, sampai akhirnya si Nino memulai pembicaraan kembali.
   "Maaf sebelumnya om dan tante, kami permisi dulu," kata Nino dengan polos. "Nanti kalau Dita sudah sadar, tolong sampaikan salam kami. Sampai jumpa om, tante dan juga adek."
   Ayah dan Ibu Dita pun mengangguk. "Terima kasih ya nak karena sudah berkunjung ke sini. Nanti salamnya kami sampaikan," kata ayah Dita seraya tersenyum.
   Nino pun langsung bergegas menuju ke luar ruangan. Sementara si Jono tampak heran dengan kelakuan sahabatnya itu.
   "Hei, kenapa kau langsung pulang!" seru Jono dengan nada kesal. "Kita kan baru datang!!"
   Si Nino tidak menjawab pertanyaan Jono, dan dia justru mempercepat langkah kakinya.
   Hal itu tentu membuat Jono semakin heran dan kesal. Bocah jangkung itu kemudian mempercepat langkah kakinya agar bisa berjalan berbarengan dengan si Nino.
   "Hei, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku??" Kata Jono lagi. Kali ini dia semakin agresif.
   "Berisik!!" Kata Nino. "Kita sudah tidak punya waktu lagi. Ayo cepat..!"
   "A-apa maksudmu?" Tanya Jono. Dia semakin heran dengan perkataan sobatnya itu.
   Nino pun menghentikan langkahnya. Dia menatap mata Jono dalam-dalam
   "Apa kau sudah lupa? Ada satu hal yang harus kita lakukan. Demi kesembuhan Dita."
   "Ma-maksudmu?"
   Nino kemudian menghela nafasnya
   "Satu-satunya cara untuk menyelamatkan Dita adalah dengan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Cara yang mungkin kita tempuh saat ini adalah dengan memenangkan sayembara!” Tegas Nino. “Waktu kita tidak banyak lagi. Nanti kita kalah cepat dengan pesaing kita!"

   "Kau ini!” Segah Jono. “Kenapa baru sekarang mengatakan hal itu! Ayo cepat, kita lakukan sekarang. Lets GOO!!" Seru Jono seraya berjalan lebih cepat dan mendahului si Nino.




(To be continued...)

Lihat bab lainnya di >>> D2C1


***


Author: A F
Profesi: Internet marketer, penulis dan pencipta lagu
Dengarkan lagu ciptaannya di: 
www.reverbnation.com/triology4
www.reverbnation.com/ajiesongcollection
KUTIPAN FAVORIT:
"Enjoy Aja!"

CAUTION!

- DILARANG KERAS MENIRU, MENJIPLAK DAN MENGKOPI IDE MAUPUN ISI DARI TULISAN DI ATAS. KARENA ITU MERUPAKAN PELANGGARAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA.


- APABILA DITEMUKAN PELANGGARAN HAK CIPTA/PLAGIAT, MAKA AKAN BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN HUKUM DI REPUBLIK INDONESIA!
Baca Juga