--> Skip to main content


  

[CERBUNG] D2C: Harta Karun Yang Tak Terlihat (Eps. 3)

BAB 3: Petunjuk Pertama, di Pelabuhan?
     Sebelum membaca bab ini, silahkan baca dulu bab sebelumnya di:
kisah detektif cilik indonesia d2c


       "Berlayar di dunia yang luas namun tak bisa dirasakan? Apa maksudnya ini, ya?" Gumam si Jono heran. Saat ini dia bersama Nino tengah berada di siring pinggir sungai besar di Banjarmasin. View di sana sangat bagus untuk mencari inspirasi. Apalagi teka-teki pertama yang mengandung kata 'berlayar' -- sepertinya ada hubungannya dengan air atau mungkin sungai.
       "Entahlah. Aku juga masih bingung," sahut Nino. "Kalau kalimat selanjutnya apa?" Tanyanya kepada si Jono yang kini memegang kertas berisi kalimat teka-teki itu.
       "Sebentar," jawab Jono. "Tulisannya adalah 'Harta karun yang sangat berlimpah namun sulit untuk didapatkan'. Makin ribet saja ini," sambung Jono seraya menggaruk-garuk kepalanya.
       Nino kemudian terdiam sejenak. Dia berfikir keras sekarang. Tangannya mengusap-usap dagu, dan wajahnya tampak sangat serius. 2 kalimat itu lumayan memusingkan bagi dirinya.
       "Baiklah, sepertinya tidak ada petunjuk apa-apa di sini," kata Nino seraya menghela nafasnya. "Kita bergerak sekarang!" Nino kemudian bersiap untuk berangkat dari tempat itu.
       "Bergerak ke mana?" tanya si Jono.
       "Ke sebuah tempat yang berhubungan dengan kata 'berlayar'."
       "Terserah kau saja. Aku kan cuma mengiringi," kata Jono seraya bersiap.

***
      
       "Apa kau yakin di tempat ini ada petunjuk?" Tanya Jono ragu. Matanya tertuju kepada kontainer-kontainer yang berjejer di sekitarnya. Di sana juga banyak orang yang lalu-lalang.
       "Ya, kita lihat saja," jawab Nino. "Semoga saja ada petunjuk di sini."
       Kedua bocah itu kemudian berjalan menyusuri tempat mereka sekarang berada. Tempat yang penuh dengan hiruk pikuk orang, dan tentunya banyak mobil kontainer yang berada di sana. Di pintu gerbang di tempat itu tertulis  'Pelabuhan Trisakti Banjarmasin'.
       Nino dan Jono kemudian sampai di bibir pelabuhan. Di sana terlihat hamparan sungai yang luas. Sementara ada juga beberapa kapal besar yang tertambat di tepi pelabuhan. Kapal-kapal besar itu ada yang bertuliskan Kelimutu dan Serayu -- yang mungkin adalah nama dari kapal-kapal itu.
       "Woww.. kapalnya besar-besar," gumam Jono. "Kayak di film-film saja!"
       Sementara Nino kemudian menyisir di tepian pelabuhan itu. Sesekali dia mengamati tiap-tiap kapal – diiringi dengan hiruk pikuk orang-orang yang lalu lalang. Orang-orang itu adalah para penumpang yang mau berangkat menaiki kapal-kapal tersebut.
       "Haruskah kita berlayar dengan kapal-kapal ini?" Tanya Jono tiba-tiba. "Kan sesuai di teka-teki yang bertuliskan 'berlayar di dunia yang luas namun tak bisa dirasakan'?"
       "Ya, awalnya aku mengira juga seperti itu," jawab Nino. "Tapi mungkinkah kita berlayar dan menemukan harta karun dengan kapal itu. Seperti di dongeng saja," ejek Nino.
       "Hedehh. Jadi bagaimana, dong?" tanya Jono lagi. Wajahnya tampak bingung.
       "Sabar dulu," jawab Nino. "Tujuanku ke sini bukan untuk berlayar atau mencari harta karun seperti di dongeng. Tujuanku adalah mencari tahu jenis bisnis apa yang sudah dilakukan oleh almarhum Pak Hendro semasa hidupnya. Dari situ bisa diketahui kan 'harta karun tak terlihat' yang dimaksud beliau, bagaimana jenis usahanya dan darimana sumber harta tersebut berasal.”
       "Hmm.. begitu ya," Seru Jono. "Tapi kenapa kau dari tadi melihat-lihat di tepi pelabuhan? Memangnya di sana ada harta karun?" Kali ini giliran Jono yang mengejek sobatnya itu.
       "Aku tidak melihat tepian pelabuhan. Tapi aku melihat bagian bawah kapal-kapal tersebut. Mungkin saja ada tulisan kecil bertuliskan nama pak Hendro di sana. Mungkin."
       "Apa kau menemukannya?" Tanya Jono. “Atau mungkin sekalian tanda tangannya juga ada?”
       "Sepertinya tidak ada," pungkas Nino. Wajahnya tampak lesu.
       "Jadi bagaimana sekarang?" Tanya Jono lagi. "Bisakah kita pergi dari sini? Di sini terlalu banyak orang yang lalu lalang. Aku merasa risih jadinya."
       Nino kemudian berfikir sejenak. Dia pun turut merasa risih karena banyak orang yang tampak bingung melihat 2 bocah 'tersesat' di pelabuhan. Setidaknya seperti itu mungkin yang dipikirkan orang-orang dewasa yang kala itu mengamati mereka dengan tatapan yang aneh.
       "Baiklah. Kita akan pergi dari sini," kata Nino. "Tapi sebelumnya ada 1 hal lagi yang harus aku lakukan. Aku ingin memastikan sesuatu sebelum pergi dari tempat ini."
       "Hedeh.. terserah kau saja," jawab Jono seraya berjalan mengikuti Nino. Kali ini kedua bocah itu berjalan ke arah dalam pelabuhan dan menjauhi tepian. Sepertinya mereka sedang menuju ke sebuah bangunan yang ada di pojok area pelabuhan besar itu. Sebuah bangunan bertingkat 2 bercat putih.
       Keduanya pun kini sudah berada di depan pintu bangunan itu. Di atasnya tertulis 'Kantor Pelabuhan'. Sepertinya di situ adalah kantor yang mengelola pelabuhan besar itu.
       "Ngapain kita ke sini?" Bisik Jono. “Rencanamu semakin aneh saja, huuftss..”
       "Ada sesuatu yang mau aku tanyakan," jawab Nino. "Kau tunggu di sini saja, ya!"
       Nino pun berjalan masuk ke kantor itu sementara Jono menunggu di luar. Bocah jangkung itu heran melihat apa yang dilakukan Nino -- seorang bocah yang berani masuk ke dalam perkantoran.
       Jono pun menunggu di luar ruangan itu. Dia kemudian mencari kursi yang kebetulan ada di dekatnya. Kursi itu kemudian di bawanya ke sebuah pohon yang rindang yang ada di sekitar pelabuhan. Dia pun duduk santai di bawah pohon itu sambil menikmati angin sepoi-sepoi.
       Sembari menunggu kedatangan Nino, si Jono tengah asyik melihat-lihat suasana di pelabuhan itu. Matanya tertuju kepada Kontainer-kontainer besar yang diangkat oleh semacam alat dan kontainer itu kemudian terpasang di mobil. Mobil itu sangatlah besar dan pastinya sangat berat. Jono kemudian membayangkan seandainya dirinya ditabrak oleh mobil itu. Dia merasa ngeri sekali.
       Kemudian mata Jono tertuju kepada kapal-kapal besar yang mirip seperti di film-film. Ada banyak penumpang di dalam kapal itu, mengingatkan Jono pada film berjudul Poseidon. Di dalam film tersebut ceritanya kapal itu dihantam ombak besar dan terbalik di tengah samudera. Jono kemudian membayangkan seandainya dirinya berada di kapal itu dan berlayar di tengah samudera -- kemudian ada ombak besar yang membuat kapal itu terbalik. Bocah itu kembali merasa ngeri.
       Alhasil, kerena semuanya membuat Jono ngeri -- akhirnya dia memutuskan untuk tidak memandang apa-apa lagi yang ada di sekitarnya. Dia justru memejamkan matanya, dan tubuhnya tersandar di kursi di bawah pohon itu. Suasana yang sejuk dan angin yang sepoi membuat si Jono terlelap. Bocah yang satu ini memang tak bisa bersantai sebentar saja – dia pasti langsung terlelap. Dan sekarang dia tengah asyik berpetualang di alam mimpinya.
       Dalam mimpinya, Jono melihat kalau dirinya tengah berlari bersama Nino. Mereka berdua dikejar oleh orang-orang dewasa berjas hitam. Jumlah orang itu ada 3 orang dan mereka membawa pistol.
       Jono dan Nino berlarian di sebuah gedung kosong bertingkat. Mereka terus menerus lari dari kejaran ketiga penjahat itu. Sesekali ketiga penjahat itu menembakan pistol mereka yang hampir saja mengenai Jono dan Nino. Jarak kedua bocah itu sekitar 100 meter dari pengejarnya.
       Masih di dalam mimpi, Jono dan Nino kemudian menaiki tangga yang menuju ke atas gedung. Mereka terus menerus lari dari kejaran para mafia itu. Mereka terus menerus berlari dan menaiki anak tangga dari gedung bertingkat 20 itu. Dan pengejarnya pun tak henti mengejar mereka.
       Semakin lama Jono dan Nino menaiki tangga, tak terasa mereka pun sudah sampai di bagian paling atas gedung. Di sana ruangannya terbuka, dan sangat luas. Mereka pun menutup pintu itu dan menguncinya dari luar. Kemudian mereka berlari ke bagian pojok gedung itu untuk menjauh. Dan dari pojok gedung itu – sesekali mereka melihat ke arah bawah gedung yang tinggi itu. Pemandangan di bawah sana sangat menakutkan – apalagi bagi yang takut ketinggian.
       Pintu akses ke atap gedung kemudian berhasil didobrak oleh ketiga mafia itu. Mereka kemudian kembali mengejar Jono dan Nino yang berada di pojok gedung. Kini kedua bocah itu dalam keadaan terpojok. Di depan mereka ada 3 penjahat berpistol. Sementara di belakang mereka adalah bagian tepi gedung -- selangkah saja mereka mundur maka mereka akan terjun bebas ke tanah.
       Tiba-tiba saja ketiga penjahat itu menembaki tubuh Jono dan Nino. Beberapa buah peluru yang mengenai tubuh kedua bocah itu membuat keduanya terhuyung dan jatuh dari gedung itu. Keduanya terjun bebas ke tanah yang jaraknya berpuluh-puluh meter dari atap gedung itu....
       "TIDAAAKKKK!!!" Teriak Jono histeris. Matanya masih terpejam, tubuhnya tersandar di kursi di bawah pohon. Keringat dingin membasahi wajahnya.
       "Hei, bangun kau!" Seru Nino. Tangannya mengguncang-guncang tubuh Jono yang masih terlelap dalam tidurnya.
       Jono pun langsung terbangun. Wajahnya tampak sangat tegang.
       "Di-dimana ini? Apa aku tak apa-apa??"
       "Hei, memangnya ada apa?" Tanya Nino. "Jangan-jangan.... Kau tadi mimpi dikejar hantu ya? Hahaha.." Nino malah menertawakan sahabatnya itu.
       Jono pun menghela nafas panjang, "Huufts.. syukurlah. Ternyata cuma mimpi," tangannya mengelus-elus dadanya. Perasaan tegangnya kini berubah menjadi lega.
       "Memangnya kau tadi bermimpi apa?"
       "Nanti aku ceritakan di markas," pungkas Jono. "Lalu bagaimana denganmu? Apa kau sudah menemukan sesuatu dari penyelidikan tadi?"
       Nino menghela nafas panjang. "Nanti aku ceritakan juga di markas."
       "Laah...? Kenapa niru-niru perkataanku segala, hedeeh.."
    "Bukannya begitu!" Tegas Nino. "Selama kau tertidur tadi, aku melihat dari kejauhan -- sepertinya ada yang mengawasi kita. Perasaan yang sama yang kurasakan dalam beberapa hari ini – atau lebih tepatnya –  pasca aku ikut serta dalam sayembara ini."
       "Oh, rupanya begitu.." kata Jono. Dia pun mengangguk tanda mengerti. Namun, dalam hatinya tersimpan rasa ketakutan yang luar biasa. Ketakutan karena membayangkan apa yang ada di dalam mimpinya tadi. Bagaimana kalau mimpi itu menjadi kenyataan?
(To be continued...)

Lihat bab lainnya di >>> D2C1

***


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEriUtapq2OzTH7DMsVImHMhR07jiBdIDe5-K_tEOlEFT6bgUCN7wl3Y4athuemz9XqSaHtQi8QAEal25KNOTcqwTHXwr13zgE0UqbqKdArSOkA9wrpWtwLSaQ655-BPYp-tJtAuq4d1A/s1600/*


Author: A F
Profesi: Internet marketer, penulis dan pencipta lagu
Dengarkan lagu ciptaannya di: 
www.reverbnation.com/triology4
www.reverbnation.com/ajiesongcollection
KUTIPAN FAVORIT:
"Enjoy Aja!"

CAUTION!

- DILARANG KERAS MENIRU, MENJIPLAK DAN MENGKOPI IDE MAUPUN ISI DARI TULISAN DI ATAS. KARENA ITU MERUPAKAN PELANGGARAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA.


- APABILA DITEMUKAN PELANGGARAN HAK CIPTA/PLAGIAT, MAKA AKAN BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN HUKUM DI REPUBLIK INDONESIA!


Baca Juga