Punya Cita-Cita Jadi Penulis? Dengarkan Tips Asma Nadia Berikut Ini
Sosok Asma Nadia membuktikan kalau prospek dunia menulis di Indonesia masih cerah. Hal itu bukanlah isapan jempol, karena dia sendiri yang membuktikan hal itu. Kita tahu sendiri kalau sosok Asma Nadia adalah novelis kenamaan Indonesia yang sudah menelurkan karya -karya best seller. Bahkan beberapa diantara novel karya Asma dijadikan film dan juga sinetron. Kalian tentunya masih ingat dengan judul-judul seperti Emak Ingin Naik Haji, Jilbab Traveller, Muhasabah Cinta Seorang Istri, Jendela Rara, Catatan Hati Bunda, Catatan Hati Seorang Istri, Aisyah Puteri The Series, Sakinah Bersamamu dan masih banyak lagi.
Beberapa waktu yang lalu, Selebshop.com berkesempatan mewawancarai sosok Asma Nadia. Saat diwawancara via Whats App, Ia tengah berada di Dubai untuk menghadiri forum kepenulisan Internasional -- di mana Dia merupakan salah satu undangan.
Dalam wawancara kami dengan Asma Nadia, dia memberikan semacam 'wejangan' bagi para penulis yang tengah merintis karir di dunia kepenulisan.
Seperti apakah wejangan dan motivasi dari Asma Nadia kepada penulis pemula?
©Asma Nadia/Foto ©Detik.com |
Sebelumnya, Asma Nadia sempat memberikan pandangan serta pendapatnya mengenai prospek dunia menulis di Indonesia berikut ini.
"Kalau prospek menurut Asma masih oke ya. Jadi walaupun sekarang ada eBook dan yang lain-lain tapi tetap oke kok. Dan bagi penerbit, ini PR tersendiri supaya tetap bisa ngegrab pembaca. Apalagi sekarang lebih banyak produser dan PH (Production House -red) film dan juga sinetron yang mencari karya-karya dari novel. Jadi potensinya tidak hanya di penerbitan, tapi kemudian juga untuk di angkat ke layar kaca atau ke layar lebar."
Kemudian, ketika ditanya mengenai wejangan dan motivasi kepada penulis pemula, beliau menjelaskannya panjang lebar berikut ini.
"Untuk penulis harus banyak baca, kemudian sebisa mungkin -- karena penulis tidak memiliki boss yang menyuruh dia menulis, tak ada dateline kecuali dia bekerja di media -- maka, keberadaan di satu komunitas mungkin akan membantu si penulis untuk bisa terus berkarya, untuk bisa terus terpacu -- karena melihat temen-temen yang lain terus bergerak, temen-temen yang lain terus menulis, terus ikut lomba, terus diterbitkan, sehingga ada iklim kompetitif. Dan ini penting, karena di luar itu mimpi-mimpi kita milik kita sendiri karena gak ada orang yang ngingetin kita kenapa kita harus menulis.Kemudian harus menemukan alasan kenapa kita harus menulis, menemukan alasan kenapa gak cukup untuk ya udah -- kalau ingin jadi mahasiswi, toh baik-baik aja jadi mahasiswi, kemudian yang sudah bekerja juga begitu. Jadi, kenapa mereka harus menulis lagi, ini perlu alasan yang kuat. Tapi Insya Allah alasan yang kuat ini mudah-mudahan bisa mencukupkan, sampai mimpi-mimpi menjadi penulis itu bisa ditaklukkan.Jadi (kesimpulannya -red), banyak baca, kemudian ikut komunitas, kemudian kalau ini memang mimpi kita maka kita harus menjadi orang yang paling berjuang untuk terwujudnya mimpi-mimpi itu.
(Tambahan -red) Dari buku-buku yang ada di pasaran, itu juga mungkin penting, sehingga penulis bisa melakukan positioning -- kira-kira buku apa atau tema-tema apa yang mungkin belum digarap, sehingga ketika bukunya terbit bisa mencuri perhatian pembaca. Kemudian, pelajari buku-buku best seller, kenapa best seller? Pelajari buku-buku yang difilmkan, karena kalau satu PH mau invest untuk sekian milliar untuk satu naskah, seharusnya buku itu punya sesuatu gitu loh. Dan ini bisa jadi tambahan referensi seorang penulis untuk mengembangkan dirinya."
Well, semoga wejangan dan motivasi dari Asma Nadia di atas bisa memberikan inspirasi bagi penulis-penulis yang masih merintis karir kepenulisan masing-masing.
Pertanyaannya sekarang, apakah kamu termasuk salah satu penulis yang masih merintis karirmu? (af)