--> Skip to main content


  

[CERBUNG] Magician of Feliz (Bab 4)

BAB 4: NABILAH DAN ALIANDO (PART 1)

Baca cerita sebelumnya di:

baca cerbung online magician of feliz bab 2
        

        5 hari yang lalu, di dark of feliz...

      Sekilas dipaparkan dulu mengenai apa itu dark of feliz. Dark of feliz adalah sebuah wilayah yang berada di negeri yang bernama feliz. Negeri Feliz sendiri berada di wilayah benua Atlantis yang sangat damai dan tentram. Masyarakatnya hidup dalam sebuah sistem yang baik di bawah pemerintahan seorang raja. Sedangkan dark of feliz adalah merupakan sisi gelap dari negeri feliz. Sisi gelap itu diciptakan oleh seorang magician ‘initial E’ bernama ratu Eden. Dia menyebut dirinya sebagai ratu, karena dia satu-satunya magician terkuat saat ini. Dia juga berkhianat kepada negeri karena dia menginginkan suatu kudeta kekuasaan. Kekuasaan yang sepenuhnya atas negeri feliz. Dalam hatinya seolah ingin membuktikan kepada Neptunus, pemimpin benua Atlantis--bahwa dirinya lah yang pantas untuk memimpin negeri feliz yang terkenal kuat itu.
      Negeri feliz sebenarnya memiliki pasukan yang kuat yang siap untuk berperang. Mereka juga dibantu oleh para magician yang bertugas melindungi negeri dari hal-hal seperti pemberontakan maupun invasi dari negeri lain. Magician memiliki kemampuan yang lebih hebat daripada pasukan biasa, karena mereka memiliki kekuatan magic yang tak dimiliki oleh orang biasa. Masing-masing magician memiliki kekuatan magicnya yang berbeda-beda. Mereka juga memiliki tingkatan kekuatan atau kelas. Untuk saat ini, magician terkuat memiliki julukan ‘initial E’ yang saat ini dimiliki oleh ratu Eden. Dan setingkat di bawahnya ada magician dengan julukan ‘initial R’, masih belum jelas ada berapa jumlahnya. Namun diperkirakan jumlah mereka hanya ada 4 orang saja. Di tingkatan paling bawah ada magician dengan julukan ‘no initial’ yang merupakan kelompok  magician paling lemah daripada yang lain.
      Saat ini Ratu Eden yang sudah bertahun-tahun berkhianat, sudah berhasil menguasai separuh dari negeri feliz dan dia memberi nama wilayah kekuasaannya dengan nama dark of feliz. Dia belum berhasil menguasai seluruh negeri karena separuh wilayahnya lagi dilindungi oleh kekuatan perisai dari liontin putih yang merupakan warisan dari mendiang Ezhar Al yang merupakan salah satu magician terkuat dengan julukan ‘initial E’ seperti halnya ratu Eden. Dia tewas mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan putri Pevita, orang yang dicintainya yang diculik oleh ratu Eden. Dia juga berhasil membebaskan salah satu magician ‘initial R’ yang semula menjadi anak buah ratu Eden. Ya, magician yang dibebaskan dari pengaruh jahat ratu Eden itu bernama Raline, yang sekarang menjadi pengawal dari putri Pevita. Namun sayangnya nyawa dari Ezhar Al yang harus dibayar. Sebelum tewas, dia sempat menitipkan ‘warisan’ berupa liontin putih kepada putri Pevita. Liontin putih itu merupakan peninggalan dari ibunda Ezhar Al. Benda itu memiliki kekuatan yang bisa melindungi negeri feliz dari serangan ratu Eden dan pasukannya dengan perisai yang keluar dari liontin itu. Saat ini perisai itu sudah menyelubungi sebagian dari negeri feliz sehingga tidak bisa dikuasai sepenuhnya oleh ratu Eden. Dan saat ini liontin tersebut dititipkan kepada seorang manusia di ‘dunia nyata’, yang bernama Nabilah. Tujuannya supaya liontin itu tidak bisa dilacak oleh ratu Eden. Lagipula kekuatan magic juga tidak akan mempan kalau berada di dunia nyata. Jadi bisa lebih aman di ‘dunia nyata’ karena liontin itu tak akan bisa direbut dengan kekuatan magic ratu Eden dan anak buahnya.
Ezhar Al adalah magician yang masih sangat muda yakni dengan usia 16 tahun.  Namun dia sudah memiliki kekuatan magic yang sangat kuat. Hal itu dikarenakan warisan keturunan dari kedua orang tuanya yang juga memiliki julukan ‘initial E’. Ayahnya bernama Ernst Al dan ibunya bernama Elena. Keduanya sudah tewas karena dikalahkan oleh ratu Eden dan pasukannya yang bernama pasukan oscured -- yang jumlahnya mencapai ribuan. Pasukan oscured  berhasil dibangkitkan oleh ratu Eden dengan menggunakan kekuatan magic terlarang milik sang guru yang bernama Master Lucas. Dia berhasil mencuri buku yang berisi tentang cara membangkitkan kekuatan magic terlarang dari perpustakaan sang guru.
Selain dibantu oleh pasukan oscured, Ratu Eden juga memiliki anak buah yang lumayan kuat, yakni para magician ‘initial R’ yang berjumlah 3 orang. Sebelumnya berjumlah 4 orang, namun salah satunya berhasil diselamatkan oleh Ezhar Al. Magician ‘initial R’ yang dibebaskan dari pengaruh jahat ratu Eden itu bernama Raline dan sekarang dia berpihak kepada negeri feliz untuk melakukan perlawanan terhadap ratu Eden dan komplotannya.
Sementara itu di kastil dark of feliz, Ratu Eden mengumpulkan semua magician ‘initial R’ yang berjumlah 3 orang. Mereka bernama Rafael, Riana dan Raven. Ketiganya adalah  magician hebat dengan tipe kekuatan magic yang berbeda-beda. Setelah ketiganya berkumpul di hadapan sang Ratu, kemudian terjadilah percakapan.

“Kalian tahu kenapa aku menyuruh kalian berkumpul di sini?” tanya ratu Eden yang sedang duduk disinggasananya kepada ketiga anak buah terkuatnya yang sedang duduk bersimpuh di hadapannya.
Kemudian pertanyaan dari sang ratu dijawab oleh Rafael, yang merupakan magician ‘initial R’ paling kuat diantara ketiga anak buah ratu Eden. “Maaf yang mulia. Kami tidak tahu maksud anda memanggil kami kesini. Ada apa gerangan yang mulia?” tanya Rafael sambil menundukkan kepalanya sebagai pertanda rasa hormatnya kepada sang ratu.
“Khu khu khu.. baiklah kalau begitu. Akan kukatakan alasanku memanggil kalian kesini,” ratu Eden menjelaskan diiringi tawa jahat yang merupakan ciri khasnya. “Aku ingin salah satu dari kalian bertiga agar pergi ke ‘dunia nyata’ untuk merebut sebuah benda berharga dari seorang manusia yang berada di ‘dunia nyata’,” tambahnya lagi. Wajahnya tampak serius menatap ketiga anak buahnya.
“Benda apa yang dimaksud Yang Mulia?” tanya Rafael.
“Sebuah liontin putih,” jawab ratu Eden cepat. “Lebih tepatnya sebuah liontin peninggalan anak sialan itu. Yang sekarang menghalangiku untuk menguasai seluruh negeri ini,” yang dimaksud ratu Eden dengan sebutan ‘anak sialan’ itu sebenarnya adalah Ezhar Al. Entah kenapa dia begitu membenci Ezhar Al, dari dulu ketika anak itu masih hidup  sampai sekarang sudah mendiang.
“Sekarang liontin itu berada di ‘dunia nyata’ dan dititipkan kepada seorang gadis. Siapa diantara kalian yang bersedia kuutus untuk merebut benda sialan itu?” ratu Eden mengisyaratkan kepada ketiga anak buahnya agar  memilih sendiri salah satu dari mereka yang bersedia diutus ke ‘dunia nyata’ guna merebut liontin putih dari seorang gadis.
Ketiganya kemudian berfikir sejenak. Mereka  berfikir jika seandainya berada di ‘dunia nyata’, maka kekuatan magic tidak bisa digunakan. Maka percuma kekuatan mereka kalau digunakan di sana. Walaupun seandainya yang diutus adalah magician ‘initial R’ terkuat seperti Rafael, tetap saja sia-sia kalau kekuatannya tak mempan di ‘dunia nyata’. Ibarat menembakkan pistol ke orang yang menggunakan rompi anti peluru. Seperti itulah gambarannya.
Dari ketiga magician ‘initial R’ anak buah ratu Eden, kemampuan magician yang bernama Raven lah yang paling lemah. Dia adalah seorang ‘illusionis’ yang merupakan kemampuan terlemah di bandingkan Rafael yang memiliki kemampuan ‘hypnotis’--yaitu kekuatan untuk mengendalikan benda ‘hidup’. Sedangkan Riana yang memiliki kemampuan ‘telekinesis’-- kebalikan dari kemampuan Rafael. Dia mampu mengendalikan benda ‘mati’ sesuka hatinya.
Akan tetapi, hanya kemampuan yang dimiliki oleh Raven bersifat  keahlian ‘tipuan ilusi’-- tidak seperti kemampuan Rafael dan Riana yang sifatnya supranatural. Kemampuan ‘tipuan ilusi’ masih bisa sedikit digunakan di ‘dunia nyata’. Tidak seperti kemampuan supranatural yang jelas tidak bisa digunakan di sana, di dunia nyata.
Sudah jelaslah semuanya.  Dari pertimbangan ketiga magician, diputuskan kalau Raven lah yang akan mengemban misi ke ‘dunia nyata’ untuk mengambil liontin putih yang kini berada di tangan seorang gadis di sana.  Setidaknya kemampuan Raven masih bisa berfungsi kalau digunakan di ‘dunia nyata’. Hal itu berguna untuk dipergunakan kalau-kalau dia dalam keadaan terdesak atau tertangkap oleh pihak negeri feliz yang berusaha melindungi sang gadis di ‘dunia nyata’.  Kemungkinan pihak negeri feliz juga turut mengutus seseorang untuk melindungi sang gadis dari serangan pihak dark of feliz.
“Baiklah sudah kuputuskan. Atas nama Neptunus, kaulah yang akan kutunjuk untuk menjalankan tugas ini,” titah ratu Eden kepada Raven, magician ‘initial R’ yang memiliki kemampuan ilusi.
Tidak berapa lama kemudian, ratu Eden menggunakan kekuatan tongkat magicnya untuk membuka ‘pintu gerbang’ dari dark of feliz menuju ke ‘dunia nyata’. Dengan diiringi mantra dan ayunan tongkat saktinya, portal penghubung mulai terbuka sedikit demi sedikit. Lama kelamaan portal semakin membesar dan tampak cahaya putih terang menyinari ruangan kastil milik sang ratu. Cahaya putih itu adalah ‘pintu gerbang’ penghubung ke ‘dunia nyata’. Dengan sigap, Raven kemudian berjalan menuju ke dalam cahaya yang menyilaukan itu.  Tidak lupa pula dia berpamitan kepada ratu Eden, Rafael dan Riana karena dirinya akan pergi lumayan lama dalam mengemban misinya. Diiringi dengan lambayan tangannya, dia mengucapkan selamat tinggal kepada semua teman-teman dan juga ratunya.
Sejak saat itulah Raven meninggalkan dark of feliz menuju ke ‘dunia nyata’, untuk menjalankan sebuah misi berat. Misi merebut sebuah liontin dari seorang gadis di ‘dunia nyata’.

***

Suasana malam di padang rumput semakin gelap dan dingin. Hanya cahaya bintang dan bulan yang mampu menerangi tempat yang gelap itu.
Wajah Nabilah semakin tegang tatkala dia menyadari ada orang lain selain dirinya  yang juga berada di padang rumput. Batin Nabilah bertanya-tanya, mungkinkah orang itu sudah lama berada di sana semenjak Nabilah tertidur sampai sekarang terbangun? Mungkinkah dia juga yang dari tadi mengikuti Nabilah sewaktu di jalan setapak menuju padang rumput? Atau mungkin saja dia adalah utusan yang di kirim ratu Eden untuk merebut liontin yang kini ada pada Nabilah? Semua pertanyaan itu terus menghantui pikiran Nabilah.
Jarak yang jauh dan gelapnya malam itu terasa menyulitkan Nabilah untuk melihat wajah dari sosok yang berdiri beberapa puluh meter di depannya. Yang tampak hanya postur badan yang lumayan tinggi dan orang itu terlihat mengenakan jaket berwarna gelap antara hitam atau biru tua. Orang itu sepertinya berjenis kelamin laki-laki.
Nabilah kemudian teringat kalau di dalam ranselnya ada senter yang dia bawa buat jaga-jaga. Dengan sigap dia membuka ranselnya dan langsung mengambil senter kecil berwarna biru yang ada di dalamnya. Senter itu kemudian dinyalakannya dan langsung diarahkan ke posisi laki-laki itu berada. Cahaya senter itu kemudian tepat mengarah ke wajah laki-laki itu. Terlihat raut wajah laki-laki itu sedikit panik dan tegang. Kemudian dengan cepat dia berbalik badan dan langsung lari menjauhi Nabilah. Lari orang itu sangat cepat sehingga tidak bisa dijangkau oleh cahaya senter Nabilah. Tidak berapa lama, sosok itu langsung lenyap dalam kegelapan malam.
Entah apa yang dirasakan Nabilah sekarang, antara panik dan bingung. Panik, karena ada orang yang terus mengikuti dan mengawasinya. Bingung, karena orang itu langsung lari tanpa menunjukkan kalau dia ingin berbuat jahat kepada Nabilah. Dan lebih membingungkannya lagi, gelagat orang itu seperti dalam kepanikan dan ketegangan. Terlihat jelas orang itu seperti sedang mencemaskan sesuatu.
Nabilah kemudian memutuskan untuk langsung pulang saja dan berhenti memikirkan sosok misterius itu. Kebetulan arloji di tangannya sedang menunjukkan pukul 07.30 malam, sehingga dia bergegas untunk pulang -- karena tante dan omnya pasti mencari dirinya karena jam segini belum pulang juga. Dengan sigap Nabilah langsung berdiri dan memakai ranselnya, kemudian dia berjalan dengan cepat ditemani dengan senter yang menerangi pandangannya. Di tengah kegelapan malam di padang rumput, Nabilah melangkahkan kakinya dengan cepat. Sesekali dia menoleh ke belakang untuk terus waspada. Takutnya kalau ada yang mengikutinya dari belakang, seperti tadi siang.

Malam semakin larut dan jam di dinding kamar Nabilah sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. Om, tante dan bi Surti sudah terlelap di kamar tidurnya masing-masing. Hanya Nabilah seorang yang saat ini masih terjaga. Sambil berbaring di kasur empuknya dia berusaha memejamkan matanya. Dinginnya angin malam yang terasa sampai ke dalam kamar seolah ingin membantu Nabilah untuk terlelap. Namun sepertinya hal itu masih belum bisa membuatnya tertidur. Pikirannya terus melayang memikirkan keselamatan liontin putih yang kini berada di dalam laci kamarnya. Keselamatan liontin itu semakin terancam tatkala Nabilah teringat dengan sosok yang sepertinya ingin mengincar liontin itu. Sosok yang sepertinya di utus oleh musuh dari putri Pevita.
Pikiran Nabilah semakin kebingungan, tatkala dia teringat dengan sosok pria itu yang langsung lari tanpa berusaha merebut liontin putih itu dari tangan Nabilah. Kenapa pria itu tidak berusaha mendekati atau bahkan menyakitinya? Pikiran Nabilah terus bertanya-tanya sendiri.
Namun dengan adanya sosok pria misterius itu membuat Nabilah semakin waspada. Dia akan berhati-hati kalau sedang membawa liontin putih yang diamanatkan kepadanya itu. Lagipula, liontin itu adalah petunjuk satu-satunya mengenai misteri keberadaan kedua orang tua Nabilah yang masih belum jelas. Walaupun tidak terlalu jelas, setidaknya masih ada harapan akan keberadaan kedua orang tuanya itu. Dan harapan itu akan terus diperjuangkan Nabilah, walau sekecil apapun peluang keberhasilannya.
Semakin lama Nabilah berpikir, semakin cepat pula otaknya menjadi lelah. Hal itu sedikit demi sedikit membuat matanya mulai terpejam. Perlahan namun pasti akhirnya Nabilah mulai terlelap. Terlelap dalam tidur nyenyak tanpa adanya mimpi.

Suasana siang hari yang cerah dan panas di SMU Negeri 1 Ciburial. Suasana lelah dan suntuk terlihat di mata semua siswa yang terlihat ingin cepat pulang. Namun sepertinya keinginan itu harus ditunda selama 2 jam lagi, karena jam dinding di kelas 1F baru menunjukkan pukul 12.00. Artinya seluruh murid kelas       1F harus bersabar lagi menunggu jam pulang, dengan ditemani mata pelajaran yang paling memusingkan kepala yaitu matematika.
Nabilah yang juga murid kelas 1F terlihat sedikit mengantuk. Wajar saja karena mata pelajaran yang kini dihadapinya adalah mata pelajaran yang sangat tidak disukainya. Ditambah lagi dengan porsi tidur malamnya yang akhir-akhir ini semakin berkurang. Sehingga mata pelajaran yang di sampaikan Bu Cynthia di depan kelas hanya bisa diserap sekitar 30 persennya saja.
Ditengah rasa kantuk Nabilah, tiba-tiba Aliando yang duduk di depan Nabilah menoleh kebelakang. Dia kemudian berkata kepada Nabilah dengan sedikit berbisik, “eh Nabilah, hari ini pulang bareng aku lagi yuk?” Dengan antusias dia mengajak Nabilah.
Belum sempat di jawab oleh Nabilah, tiba-tiba saja Stella yang duduk dibelakang Nabilah langsung menyerocos. Dia sepertinya mendengar perkataan Aliando yang ingin mengajak Nabilah pulang bersama.
“Ciee.. pulang bareng lagi nih,” bisik Stella kepada Nabilah sambil menggoda Nabilah yang duduk di depannya. Godaan Stella itu di iringi dengan tawa kecil dari Dhini yang duduk disebelah Stella.
“Aduh aduh kalian ini ribut banget sih. Biasa aja dong aku kan rumahnya dekat sama Nabilah, jadi wajar saja pulangnya barengan.” Aliando berusaha membela Nabilah yang terpojok oleh godaan kedua orang temannya. Febby yang duduk disebelah Nabilah hanya bisa tersenyum melihat kelakuan teman-temannya.
“Gimana Nabilah? Mau gak pulang barengan sama aku?” tanya Aliando lagi untuk memastikan.
“Hmm... terserah deh,” Nabilah mengiyakan ajakan Aliando yang kemudian diiringi dengan godaan yang serentak diucapkan oleh Stella dan Dhini.
“Cie. Ciee..” goda Stella dan Dhini yang membuat Nabilah tertunduk malu. Terlihat raut wajah Aliando yang terlihat senang karena ajakannya diterima oleh Nabilah.
“Stella, Dhini, Jangan Ribut!!” tiba-tiba terdengar suara ibu Cynthia yang rupanya mendengar suara berisik dari mulut Stella dan Dhini. Keduanya kemudian langsung diam dan melanjutkan pelajaran kembali. Suasana ruangan kelas pun mulai hening kembali setelah ibu Cynthia menegur kedua muridnya yang ribut.
Pelajaran kemudian dilanjutkan lagi. Ibu Cynthia terus menjelaskan materi pelajaran dengan panjang lebar. Namun pelajaran itu tidak terlalu diperhatikan oleh Nabilah. Pikiran dan hatinya kini tertuju pada murid laki-laki yang duduk di depannya, yaitu Aliando. Kemarin dia pulang bersama Nabilah. Hari ini lagi-lagi Aliando mengajak Nabilah untuk pulang bersama lagi. Ajakan itu membuat Nabilah sangat senang, karena sosok laki-laki dengan paras tampan dan senyuman yang manis itu mau mengajaknya pulang bersama lagi. Apalagi Aliando itu dimata Nabilah orangnya sangat nyaman diajak ngobrol, ramah dan tidak terlalu kaku alias suka bercanda. Tidak seperti pertama kali melihat sosok Aliando yang terlihat cool. Sekarang setelah beberapa hari pindah di sekolah itu, Aliando terlihat mulai akrab dengan Nabilah. Hanya kepada Nabilah, tidak dengan teman-teman cewek lainnya.
Bel tanda pulang sekolah berbunyi tepat pada jam 02.00 siang. Seluruh siswa langsung bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Terlihat wajah mereka yang semula suntuk mendadak berubah menjadi bersemangat berkat bel pulang sekolah. Semua siswa kemudian bergegas untuk keluar dari kelas itu.
Aliando kemudian mengajak Nabilah untuk berjalan bersama menuju ke pekarangan sekolah. Melihat hal itu, Stella dan Dhini terus menggoda Nabilah. Feby juga sedikit-sedikit turut serta menggoda teman sebangkunya itu. Namun godaan itu dianggap Nabilah sebagai angin lalu saja, karena dia sudah biasa digoda seperti itu oleh ketiga teman baiknya itu.
“Aku pulang duluan ya teman-teman,” Nabilah berpamitan kepada teman-temannya diikuti lambayan tangan dari Aliando kepada ketiga teman Nabilah itu. Keduanya berjalan bersama menuju ke pekarangan sekolah.
“Iya. Hati-hati di jalan ya Nabilah,” Stella menjawab. “Aliando, jaga baik-baik teman kami ya,” tambah Stella sambil menggoda Aliando. Godaan itu di balas dengan senyum simpul dari Aliando. Keduanya kemudian berlalu dari hadapan Stella, Dhini dan Febby.
Dengan pelan dan santai Aliando dan Nabilah berjalan menuju ke pintu depan Sekolah. Dari jauh sudah terlihat Mobil Sedan Mercedes milik Aliando yang sudah menunggu di pekarangan sekolah. Di dalamnya ada supirnya yang terlihat tenang menunggu kedatangan majikannya. Nabilah kemudian dengan cepat menelepon omnya supaya tidak usah menjemput karena sudah ada teman yang mau mengantarnya pulang.
 Setelah sampai di pekarangan sekolah, Nabilah dan Aliando langsung masuk dan duduk di kursi belakang mobil. Mobil kemudian langsung meluncur meninggalkan sekolah itu untuk menuju ke komplek perumahan CLUSTER GARDEN yang merupakan tempat tinggal Nabilah dan Aliando.
Di tengah perjalanan, Aliando kemudian mengajak ngobrol Nabilah yang dari tadi cuma diam saja. “Seneng gak kamu pulang bareng aku?” Aliando memulai percakapannya dengan sedikit menggoda Nabilah.
“Enggak juga tuch.. Pede Bangett deh kamu ini,” jawab Nabilah sambil geleng-geleng kepala. Dalam hatinya padahal dia memang senang bisa pulang bersama lagi dengan cowok tampan yang kini duduk di sampingnya.
“Oh iya Aliando, rumah kamu kan di komplek CLUSTER GARDEN juga. Yang mana sih rumah kamu?” Nabilah kemudian balik bertanya kepada Aliando. Rupanya dia sedikit penasaran dan ingin tahu di mana tepatnya letak rumah Aliando.
“Memang kenapa? Mau berkunjung ya, hehehe.” Bukannya menjawab, Aliando malah menggoda Nabilah lagi.
 “Hedehh.. Siapa juga yang mau berkunjung,” Kata Nabilah sambil menggelengkan kepalanya.
“Hahaha.. iya deh nanti ku kasih tau rumah aku. Tapi enggak hari ini, soalnya hari ini aku lagi sibuk banget. Nanti pas hari minggu kita jalan-jalan ya, nanti aku kasih tau yang mana rumah aku,” Aliando mencoba mengajak Nabilah untuk berjalan-jalan bersama pas hari libur.
Nabilah terdiam sejenak. Tidak lama kemudian dia mengangguk tanda setuju untuk menerima ajakan Aliando untuk berjalan-jalan di hari minggu nanti. Sekitar 3 hari lagi dari hari ini, karena hari ini adalah hari kamis. Aliando juga akan mengajak Nabilah untuk berjalan-jalan ke daerah perbukitan disebelah timur dari komplek perumahan tempat tinggal mereka. Perbukitan itu letaknya berlawanan dengan padang rumput yang sering didatangi Nabilah, yang letaknya berada di sebelah barat. Kebetulan perbukitan itu adalah tempat yang sering di datangi Aliando selama berada di tempat tinggal barunya, sehingga dia tau bagaimana indahnya panorama di tempat itu.  Dan dia ingin sekali menunjukkan keindahan tempat itu kepada cewek manis yang kini duduk di sampingnya.

Mobil yang ditumpangi Nabilah, Aliando dan supirnya kini sudah sampai di depan pagar rumah Nabilah. Dia kemudian berpamitan dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman barunya itu yang sekarang bisa dibilang sudah menjadi teman akrab. Walaupun baru kenal tapi sudah sangat akrab karena keduanya sering mengobrol dan sudah dua kali pulang bersama. Mobil yang ditumpangi Aliando dan supirnya akhirnya berlalu dari hadapan Nabilah yang kemudian langsung bergegas membuka pagar rumahnya untuk segera masuk ke dalam rumah. Dia merasa capek habis sekolah, namun hatinya senang sekali. Senang karena bisa pulang bersama lagi dengan Aliando.

Suasana makan malam di rumah Nabilah terasa menyenangkan baginya. Bukan karena hidangan spesial Ayam goreng presto kesukaannya yang di hidangkan oleh tante Shireen, melainkan karena ajakan Aliando yang mengajaknya jalan-jalan hari minggu nanti. Apalagi dia menjanjikan akan mengajak Nabilah untuk mendatangi perbukitan yang sangat indah. Sungguh menyenangkan sekaligus mendebarkan bagi Nabilah. Dan dalam pemikiran Nabilah itu bisa dibilang sebagai first date atau kencan pertama. Sejenak dia bisa melupakan liontin, mimpi aneh dan hal-hal aneh lainnya yang dalam beberapa hari ini menimpanya. Semua berkat seseorang yang sepertinya sedikit demi sedikit mengisi kekosongan di dalam hati Nabilah.
Mengingat ajakan dari Aliando itu membuat Nabilah terkadang tersenyum sendiri saat sekarang berada di meja makan. Dan hal itu membuat om Wisnu dan Tante Shireen bingung menjadi bingung namun sekaligus juga senang. Bingung, karena melihat gelagat keponakannya yang tidak seperti biasanya. Senang, karena melihat Nabilah yang semakin hari semakin ceria dan mulai sedikit melupakan rasa sedih karena kehilangan orang tuanya.
“Ciee.. Ada yang lagi senang nih,” tiba-tiba tante Shireen memulai percakapan ditengah acara makan malam itu. Dia seperti mau menggoda Nabilah seraya tersenyum dan nyengir ke arah Nabilah.
Nabilah kemudian setengah terkejut dan salah tingkah, “Ah enggak kok. Biasa aja aku. Emang ada yang aneh?” dengan polos dia bertanya balik.
“Ehem-ehem. Sepertinya ada yang lagi jatuh cinta nihh,” Kemudian om Wisnu ikut-ikutan menimpali. Kali ini dia berbicara seolah-olah dia tahu dengan apa yang terjadi pada Nabilah. Maksud hatinya Cuma ingin menebak, tapi ternyata tebakan itu memang benar adanya. Dan perkataan dari om Wisnu itu sontak membuat Nabilah jadi malu. Terlihat rona merah dari wajah manisnya.
“Ahh enggak ada kok. Om ini ada-ada aja,” Nabilah berusaha menutupi perasaan di hatinya. Dia mencoba mengelak dari tebakan omnya. Namun terllihat jelas bahwa tebakan omnya itu benar dan hal itu hanya membuat om dan tantenya tersenyum sambil saling berpandangan. Pandangan mereka seolah menyiratkan kalau masa muda mereka juga sama seperti Nabilah. Penuh dengan cinta dan perasaan yang berbunga-bunga seperti yang sekarang dirasakan Nabilah. Mereka berdua hanya bisa tersenyum saja dan berusaha untuk tidak mengorek-ngorek tentang sosok lelaki yang saat ini mengisi hati Nabilah. Mereka maklum saja kalau keponakannya itu mungkin belum mau terbuka mengenai sosok yang mengisi hatinya itu, karena masih perlu waktu untuk memberi tahu tentang hal itu kepada mereka yang saat ini menggantikan peran layaknya seperti orang tua Nabilah. Namun yang pasti, om dan tante Nabilah sangat senang melihat keponakannya yang terlarut di dalam kebahagiaan. Mereka berharap agar kebahagiaan itu selalu melingkupi hari-hari keponakan cantiknya itu.
Malam semakin larut tatkala Nabilah sedang berbaring di atas kasur di dalam kamarnya. Selesai makan malam dia langsung menuju ke kamarnya lebih dulu daripada om dan tantenya. Dia ingin mengecek keberadaan liontin putih yang dari tadi siang belum sempat dia lakukan. Setelah membuka laci di samping kasurnya, terlihat jelas benda putih itu masih ada dan aman berada di sana. Hal itu membuat hati Nabilah sedikit tenang dan memudahkannya untuk segera tidur dalam suasana hati yang tenang. Sambil menatap putaran detik jam di kamarnya yang menunjukkan jam 09.00 malam, matanya perlahan mulai terpejam. Kali ini Nabilah tertidur lebih cepat dari biasanya. Akhir-akhir ini kurang tidur, sehingga untuk kali ini saja Nabilah sangat cepat mengantuk. Dia pun tertidur dengan lelapnya ditemani suasana malam yang dingin.

***

Pukul 10.00 pagi di sekolah diiringi dengan bunyi lonceng tanda jam istirahat. Dengan ceria seluruh murid bergegas untuk segera ke luar kelas dan menuju kantin sekolah untuk kemudian menyantap makan siangnya masing-masing. Begitu juga yang dilakukan Nabilah, Febby, Stella dan Dhini. Mereka bersiap menuju kantin untuk menikmati istirahat sambil makan siang di kantin.
Ketika Nabilah dan teman-temannya baru mau keluar ruangan kelas, tiba-tiba ada Aliando yang datang dan menghampiri mereka. Terlihat jelas gelagatnya seperti ingin berbicara dengan Nabilah. Dia kemudian mengajak Nabilah untuk makan bersama di kantin yang lain, berdua saja. Semula Nabilah ragu karena dia merasa tidak enak kalau tidak jadi ke kantin tempat nongkrong biasanya mereka, bersama Febby, Stella dan Dhini. Namun ketiga temannya itu malah menggodanya dan sedikit mendorong badannya ke arah Aliando, yang berarti mereka merelakan kepergian Nabilah berduaan saja dengan Aliando untuk ke kantin yang dimaksud Aliando. Dengan sedikit terpaksa namun di dalam hatinya senang, Nabilah mengiyakan ajakan Aliando. Mereka pun berlalu dihadapan Febby, Stella dan Shini yang diiringi dengan sentilan dan godaan dari ketiganya kepada Nabilah. Nabilah hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan ketiga teman baiknya itu.
 Kantin yang kini didatangi oleh Aliando adalah kantin yang berada di bagian depan sekolah. Berbeda dengan kantin biasa yang sering di datangi oleh Nabilah dan ketiga temannya, berada di bagian paling belakang sekolah. Di sekolah itu Cuma ada 2 buah kantin. Dan yang sekarang didatangi oleh Nabilah dan Aliando adalah kantin yang menu-menunya sedikit lebih ‘berkelas’ ketimbang kantin yang satunya. Begitu pula dengan harganya yang lebih mahal daripada kantin langganan Nabilah. Mereka kemudian memesan menu untuk makan siang.
Suasana makan siang Nabilah dan Aliando  terasa sedikit kaku, pasalnya mereka baru pertama kali makan siang bersama dan hanya berduaan saja. Namun lama kelamaan kekakuan itu perlahan sirna diiringi oleh Aliando yang tengah meulai percakapan.
“Wah gak nyangka ternyata kamu rakus juga ya,” ejek Aliando kepada Nabilah sambil mulutnya mengunyah ayam goreng tepung di kantin itu.
“Hedehh.. apalagi kamu, super rakus. Tuh ayamnya saja mau ditelan semua gak pake kunyah,” Nabilah balik mengejek Aliando yang memang terlihat lebih rakus diiringi dengan tawa ringan dari Aliando.
      “Hahaha, bisa juga kamu melucu ya Nabilah,” kata Aliando seraya tertawa.
      “Oh iya Nabilah. Aku boleh bertanya sesuatu gak?” Aliando kemudian bertanya dengan wajah dan tatapan tajam ke mata Nabilah.
      “Mau tanya apa? Nomor hape? Atau Nomor sepatu?” Nabilah menjawab dengan konyol sesuai dengan kebiasaan yang dilakukannya. Kemudian diiringi dengan tawa konyolnya.
      “Haduhh.. aku serius nih kok kamu malah bercanda,” kata Aliando sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
      “Iya iya seriuss deh sekarang. Emang mau tanya apa?”  Nabilah mulai serius dan menuruti keinginan Aliando
      “Kamu pernah gak merasakan yang namanya cinta? Cinta itu seperti apa menurutmu, Nabilah?” wajah Aliando terlihat serius. Kali ini pandangan matanya semakin dalam ke arah Nabilah.
      Mendengar pertanyaan itu, Nabilah langsung terkejut. Hatinya menjadi bingung. Kenapa tiba-tiba lelaki tampan di sampingnya itu malah menanyakan hal sedalam itu kepada dirinya. Lagipula tatapan matanya yang membuat hati Nabilah menjadi sedikit bergetar.
“Memangnya kenapa? Kok nanya tentang cinta? Salah makan kamu ya hehehe,” Nabilah berusaha mempertahankan kekonyolannya untuk menghilangkan rasa aneh di dalam hatinya. Rasa yang membuat jantungnya berdegup kencang.
“Aku serius Nabilah. Aku sekarang merasakan hal yang aneh di hatiku. Rasa yang membuatku merasa seperti terbang tinggi. Tapi Aku tidak begitu yakin dengan rasa itu. Apakah cinta atau bukan. Makanya aku mau bertanya kepadamu, seperti apa cinta itu menurut definisimu?” Aliando menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya. Dengan tatapan yang semakin dalam kepada Nabilah.Tatapan yang membuat mata Nabilah tak dapat berkedip sedikit pun.
Nabilah yang sebenarnya juga tidak terlalu mengerti apa itu cinta, mencoba menjelaskan definisi cinta menurut dirinya. Menurutnya cinta itu adalah rasa yang tak bisa diterima akal sehat. Cinta itu bisa membutakan kita, membuat kita lupa akan segalanya. Cinta kadang membuat kita senang dan berbunga-bunga, namun cinta juga bisa membuat kita menjadi sedih dan hancur berkeping-keping. Cinta yang demikian apabila cinta kita hanya bertepuk sebelah tangan. Mendengarkan penjelasan dari Nabilah itu, Aliando kemudian mengangguk dan menghela nafas. Kemudian dengan tatapan matanya yang dalam ke arah Nabilah, dia menuturkan sesuatu kepada cewek manis yang duduk di depannya. Diiringi dengan keseriusan tak seperti biasanya
“Nabilah, sebenarnya ada hal yang aku ingin katakan kepadamu,” tutur Aliando.
“Hmm.. apa itu?” tanya Nabilah dengan sedikit polos.
“Definisi cinta menurutmu sepertinya sedikit mirip dengan apa yang q rasakan. Sepertinya ‘rasa’ ini membuatku sedikit kehilangan akal sehat,” terang Aliando dengan lirih.
“Aku merasa segalanya begitu indah dan membuatku bahagia kalau dekat dengan seseorang,” Aliando menambahkan
“Hmm.. siapa orang yang kamu maksud?” Nabilah bertanya dengan nada polos namun sorot matanya tidak berhenti menatap kedua mata Aliando. Dengan menghela Nafas Aliando menjawab pertanyaan itu.
“Dia yang kumaksud adalah...”
Tiba-tiba suara bel berbunyi sangat nyaring. Bel tanda berakhirnya jam istirahat sekolah. Bel yang membuat Aliando tidak selesai dalam mengungkapkan isi hatinya.
“Tuh bel masuk sudah berbunyi. Yuk kita ke kelas,” Nabilah mengajak Aliando untuk menuju kelas. Dia berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.
“Owh.. O-oke,” Aliando mengangguk dengan sedikit kikuk. Terlihat raut wajahnya menunjukkan raut salah tingkah. Tidak lama kemudian Mereka berdua langsung beranjak dari kantin menuju ke ruangan kelas mereka yaitu kelas 1F.

Mobil mercedes hitam membawa Nabilah menuju ke rumahnya, 15 menit setelah jam pulang sekolah. Suasana hati Nabilah kali ini bercampur aduk antara senang, bingung, kikuk, dan lain sebagainya. Perasaan sewaktu di kantin, ketika Aliando ingin mengungkapkan isi hatinya kepada Nabilah. Namun, bel sekolah membuat hal itu sedikit tertunda. Semua perasaan itu dirasakan Nabilah yang tengah terbawa dalam lamunannya tatkala berada di dalam mobil jemputan omnya.
Kali ini Nabilah pulang dengan di jemput oleh omnya setelah dia menolak ajakan Aliando untuk pulang bersama. Alasannya karena Nabilah merasa tidak enak karena omnya memaksa untuk menjemput. Beliau sudah beberapa kali tidak menjemput keponakan tercintanya, karena Nabilah selalu pulang bersama Aliando dalam beberapa hari ini. Dan akhirnya Aliando terpaksa pulang hanya berdua saja dengan supirnya.
Hati Nabilah kali ini terasa berbunga-bunga. Dia merasakan hal yang sama juga dirasakan oleh Aliando. Perasaan itu terus membawanya semakin larut dalam lamunannya, sampai-sampai dia tidak menyadari bahwasanya mobil yang dikemudikan oleh omnya itu sudah sampai di depan pagar rumah mereka. Setelah turun dari mobil, mereka kemudian langsung berjalan masuk ke dalam rumah itu.

Kali ini mata Nabilah benar-benar tidak bisa tertutup. Kenangan tadi siang sewaktu makan siang berdua dengan Aliando, rupanya terus menghantui pikirannya meskipun jam di dinding kamar Nabilah sudah menunjukkan pukul 10.30 malam. Tatapan tajam dan ucapan terus terang dari Aliando tadi siang seakan menjadi hal yang terus saja muncul di pikiran Nabilah saat ini. Dia pun seperti merasakan juga yang namanya cinta, meski cinta itu masih samar karena belum ada kepastian dan kejelasan dari dalam hati kecilnya. Dia berusaha untuk memejamkan mata namun belum bisa. Hatinya terlalu senang untuk melewatkan kenangan dari momen indah tadi siang. Membiarkan semuanya mengalir dalam pikirannya.
Nabilah kemudian teringat dengan janji Aliando untuk mengajaknya jalan-jalan hari minggu ini. Acara itu pasti akan sangat berkesan pikir Nabilah. Dia tidak sabar lagi untuk melewatkan momen indah berdua bersama Aliando. Aliando juga menjanjikan akan mengajaknya ke sebuah perbukitan yang mempunyai pemandangan indah. Membuatnya semakin tidak sabar untuk segera bertemu dengan yang namanya hari minggu
 Semua hal-hal indah itu membuat Nabilah perlahan terlelap. Kali ini dengan senyum yang tersungging di wajah manisnya. Dia pun tertidur. Tertidur dengan mimpi indah dan senyuman yang tersungging di wajah manisnya.

***

Sinar cerah matahari di musim panas, mewarnai pagi minggu ceria yang kini sedang dirasakan oleh Nabilah. Senyum dan semangat terlihat di wajah dan gerak-geriknya pagi itu. Maklum saja, hari itu bisa dibilang adalah hari pertamanya berkencan atau jalan-jalan atau menghabiskan waktu bersama lelaki tampan bernama Aliando. Lelaki yang akhir-akhir ini selalu berada bersama Nabilah dan perlahan mengisi kekosongan hatinya yang sebelumnya belum pernah merasakan yang namanya real love atau cinta yang sesungguhnya. Walaupun rasa itu belum pernah terungkapkan dan masih tersimpan rapi di dalam hati Nabilah. Dan dia sangat berharap semoga saja Aliando juga merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan oleh Nabilah.
Dengan cepat Nabilah menghabiskan sarapan rotinya yang pagi-pagi sekali sudah disiapkan oleh Bi Surti. Seorang diri Nabilah menikmati sarapan cepat sajinya, karena om dan tantenya masih berada di kamar mereka. Memang kalau hari minggu orang-orang akan bangun tidur lebih kesiangan daripada hari biasanya dan termasuk juga om Wisnu dan tante Shiren. Hanya Nabilah yang bangun pagi kala itu, selain juga Bi Surti yang memang harus bangun pagi-pagi sekali walau hati minggu sekalipun. Karena tugasnya sebagai pembantu di rumah, memang sudah seharusnya mempersiapkan segala keperluan seperti sarapan dan lain sebagainya.
Arloji di tangan Nabilah sudah menunjukkan pukul 06.20. Berarti 10 menit lagi Aliando akan datang menjemput. Dia menjemput dengan jalan kaki saja dari rumahnya yang satu komplek dengan Nabilah. Keduanya berjanji akan berangkat tepat pada pukul 06.30  pagi hari itu. Demi menikmati udara segar pedesaan di pagi hari, sambil menikmati panorama indah di desa Ciburial yang sangat terkenal dengan keindahan panoramanya.
Dengan agak sedikit kedinginan Nabilah berdiri di depan pagar rumahnya. Rupanya embun pagi yang dingin membuatnya sedikit menggigil, walaupun dia sudah mengenakan jaket tetap saja dingin itu tetap menusuk sampai ke kulitnya. Pagi itu Nabilah mengenakan baju kaos sport berwarna putih dengan jaket warna pink. Bawahan yang dipakainya adalah celana jeans panjang hitam dan sepatu jogging berwarna hitam. Tidak lupa pula dia membawa tas ransel berisi cemilan dan juga air mineral, benda yang tak pernah ketinggalan setiap kali Nabilah melakukan perjalanan dengan jalan kaki.
Suasana pagi itu agak sedikit berkabut, tidak seperti biasanya yang sama sekali tidak berkabut. Jarak pandang hanya sekitar 15 meter dari mata. Hal itu menyulitkan Nabilah untuk melihat dari kejauhan, apakah Aliando sudah terlihat atau belum. Sehingga Nabilah hanya bisa menunggu sambil melihat ke arah arlojinya yang kini menunjukkan pukul 06.30 pagi. Artinya 5 menit sudah Nabilah menunggu jemputannya yang belum muncul juga. Lagipula tepat jam itu seharusnya mereka sudah berangkat sesuai perjanjian mereka berdua.
Nabilah terus menunggu sambil melihat ke arah dalam komplek Perumahan CLUSTER GARDEN yang tertutup kabut, berharap Aliando berjalan dan muncul di hadapannya. Namun hal itu belum juga terjadi, yang terlihat hanyalah kabut dan suasana sepi di komplek perumahan mewah itu. Sepi dari hiruk pikuk orang-orang di komplek karena hari yang masih sangat pagi dan suhu yang lebih dingin dari hari biasanya, sehingga orang-orang di komplek itu masih betah berada di dalam rumahnya masing-masing. Apalagi hari itu hari minggu, hari libur dari segala aktivitas rutin dari senin sampai sabtu. Hari dimana semua orang  msih bermalas-malasan di kamar tidurnya masing-masing, kecuali Nabilah yang saat ini tengah berdiri menunggu kedatangan lelaki bernama Aliando yang akan mengajaknya jalan-jalan namun sampai saat ini belum terlihat juga batang hidungnya.
Suasana dingin yang masih menyelimuti pagi yang penuh dengan kabut itu seakan melengkapi kegundahan hati Nabilah tatkala arloji di tangannya menunjukkan jam 06.55. Sudah hampir setengah jam Nabilah menunggu jemputan dari Aliando yang berjanji akan datang pada jam 06.30. Dengan sedikit gelisah dia terus mengarahkan pandangannya ke arah dalam komplek yang dipenuhi dengan kabut, namun tak terlihat tanda-tanda kemunculan Aliando. Sementara jam terus berjalan dan semakin membuat Nabilah semakin ragu apakah lelaki itu jadi mengajaknya jalan-jalan atau tidak. Dia pun mulai memutuskan untuk berbalik masuk ke dalam rumah dengan perasaan sedikit kecewa karena terlalu lama menunggu kedatangan orang yang sudah menjanjikannya untuk jalan-jalan bersama. Dan kemungkinan bisa saja hal itu tidak jadi alias batal.
Baru saja Nabilah membalikkan badan untuk membuka pagar rumahnya, tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya dari belakang. Hal itu tentu saja membuatnya kaget setengah mati, karena sebelumnya sejauh mata memandang dia tidak melihat seorang pun yang berkeliaran di jalanan komplek rumahnya itu. Dengan perlahan dan dilingkupi perasaan takut, Nabilah mulai membalikkan badannya untuk melihat sosok seseorang yang telah mengejutkannya itu.
Dengan raut wajah sedikit kesal Nabilah mendapati orang yang mengejutkannya itu ternyata adalah orang yang dari tadi ditunggu-tunggu kedatangannya, yaitu Aliando. Pagi itu dia mengenakan kaos lengan panjang dan celana jeans yang panjangnya selutut. Dia membawa ransel di punggunya sama seperti Nabilah. Akan tetapi Aliando tidak mengenakan jaket, walaupun pagi itu terasa sangat dingin dan dia tampak tidak terlalu kedinginan.
Dengan tersenyum dan dengan pandangan sedikit mengejek, Aliando menatap Nabilah yang baginya terlihat sangat lucu kalau lagi terkejut. Dari raut wajah Aliando tersirat senyum penuh kemenangan karena membuat Nabilah terkejut bercampur kesal karena menunggu kedatangan dirinya.
“ Hu-uh, kemana saja kamu?! Lama sekali baru datang,” gumam Nabilah dengan sedikit cemberut ke arah Aliando. “Hampir saja aku masuk ke dalam rumah tadi!” sambungnya lagi. Terlihat wajah cantiknya yang menunjukkan gelagat agak merajuk.
“Hahaha.. Maaf. Aku tadi agak sedikit kesiangan bangun. Maklum, hari ini kan hari libur,” jawab Aliando sambil tertawa ringan, namun dengan sedikit raut wajah memohon maaf kepada wanita cantik di hadapannya.
“Kamu tahu, Sudah 30 menit kamu terlambat dari janji kita,” Nabilah kembali mengungkapkan kekesalannya kepada Aliando.
“Iya iya.. Aku yang salah,” jawab Aliando dengan nada lirih. “Maaf sekali lagi ya Nabilah. Gara-gara aku yang sudah membuat kamu menjadi kesal dan kecewa,” kali ini raut wajah Aliando benar-benar menyiratkan rasa penyesalannya.   
“Ya sudahlah kalau begitu,” kata Nabilah. “Mau kemana kita hari ini?” tanya Nabilah kemudian. Raut wajahnya yang tadi cemberut, seketika berubah menjadi tersenyum antusias. Perkataan Aliando tadi rupanya membuat Nabilah memaafkan apa yang telah dilakukan Aliando
“Hmm.. hari ini kita akan menuju ke arah sana,” kata Aliando sambil menunjuk ke arah barat dari tempat mereka berdiri. “Ayo ikuti aku,” tambahnya lagi. Keduanya kemudian dengan sigap berjalan ke arah yang ditunjuk oleh Aliando. Berjalan ditengah dinginnya pagi di atas jalanan berkabut dengan jarak pandang hanya sekitar 15 meter
Nabilah dan Aliando berdua berjalan menyusuri komplek perumahan tempat tinggal mereka itu. Di kiri dan kanannya hanya ada rumah dan rumah yang berbaris rapi di dalam komplek itu. Tidak terlihat seorangpun yang berada di jalanan pagi itu, kecuali Nabilah dan Aliando.
Nabilah tiba-tiba berhenti sejenak karena tali sepatunya lepas. Sembari berjongkok, dia berusaha untuk membentulkan ikatan tali sepatunya yang lepas itu. Entah apa yang membuat Nabilah yang kemudian merasakan sesuatu yang tidak beres waktu itu. Dia merasakan kehadiran seseorang yang mengikutinya dari belakang. Perasaan dan pikirannya kemudian terbawa ke dalam ingatan saat sedang menuju ke padang rumput. Saat itu dia merasakan seperti diikuti seseorang, yang kemudian juga dengan adanya kemunculan seorang lelaki misterius dihadapan Nabilah saat Nabilah terbangun dari tidurnya di padang rumput. Seseorang yang kemungkinan besar sedang mengincar liontin putih yang kini disimpan Nabilah di dalam laci kamarnya. Kali ini liontin itu tidak dibawanya dan tetap terkunci dengan aman di dalam laci kamarnya.
Perasaan aneh itulah yang kini kembali dirasakan Nabilah yang kini berada di jalanan komplek yang berkabut. Dengan memberanikan diri, Nabilah kemudian menengok ke arah belakangnya untuk menghilangkan rasa penasarannya. Rasa penasaran akan perasaan tak enak yang kembali menghantuinya.
Perasaan itu memang benar-benar terbukti. Kali ini Nabilah melihat jelas sosok lelaki berbadan tinggi yang jaraknya sekitar 15 meter dari posisinya. Sosok itu terlihat samar-samar karena tertutup kabut. Namun dari posturnya terlihat jelas, kalau sosok itu adalah sosok yang sama dengan yang ditemuinya di padang rumput. Sosok dengan sorot mata pucat namun tajam mengarah ke wajah Nabilah.

Sosok itu adalah sosok utusan ratu Eden yang kemungkinan besar tengah mengincar liontin putih yang kini di simpan Nabilah di rumahnya. Sosok yang membuat raut wajah Nabilah seketika berubah tegang dan sangat ketakutan. Ditengah pagi yang dipenuhi oleh kabut yang lumayan pekat.


(To be continued...)


Ditulis oleh: Jack Neptune

Baca Juga