--> Skip to main content


  

[CERBUNG] D2C: Harta Karun yang Tak Terlihat (Eps. 4)

Bab 4: Kehilangan Harapan

     Sebelum membaca bab ini, silahkan baca dulu bab sebelumnya di:
[CERBUNG] D2C: Harta Karun Yang Tak Terlihat (Eps. 3)


Teka-teki yang sedang dipecahkan Nino dan Jono:

   Berlayar di dunia yang luas namun tak bisa dirasakan
 Harta karun yang sangat berlimpah namun sulit untuk didapatkan
 Dengan kerja keras yang gigih akhirnya semua bisa dikumpulkan
 Namun wujudnya tak bisa dilihat dan dirasakan
 Bagi yang menginginkan, petunjuknya sebagai berikut:
 1. Surat yang sering ku kirimkan namun tak bisa dipegang
 2. Hanya bisa dilihat apabila pergi ke tempat pertama aku bertemu dengan orang yang ku cintai


detektif cilik indonesia
   

   "Wow benarkah itu??" Nino sedikit terkejut mendengarkan penjelasan dari Jono. Kali ini kedua bocah itu tengah bersantai di markas mereka di rumah pohon. Sementara hari sudah menjelang sore.
   "Ya, Begitulah," jawab Jono. "Di dalam mimpiku, kita ditembak oleh para penjahat dan jatuh dari gedung yang sangat tinggi. Dan kita pun langsung mati."
   "Hedehh.. Sepertinya kau kebanyakan nonton film. Sampai-sampai terbawa mimpi."
   Jono kemudian menghela nafasnya. "Bagaimana dengan penyelidikanmu? Apa kau sudah menemukan sesuatu yang menarik?"
   "Yeah, sepertinya tidak ada yang menarik," gumam Nino lesu. "Tadi aku bertanya kepada orang-orang dewasa di kantor itu. Aku menanyakan apakah boss mereka adalah almarhum Pak Hendro? Ternyata tak ada satupun dari mereka yang kenal dengan pak Hendro. Jadinya perkiraanku sungguh keliru. Artinya, kalimat pertama di teka-teki itu bukan mengarah ke pelabuhan itu."
   "Jadi kita harus bagaimana?" Tanya Jono. Wajahnya berubah menjadi pesimis lagi.
   "Yeah, mungkin kita harus meneliti lagi tiap-tiap kalimat itu. Yang mana yang lebih mudah dipahami –  kita pecahkan lebih dulu. Biar saja melompati kalimat yang lain.”
   "Maksudmu, tidak masalah kalau kita langsung melewati kalimat teratas?"
   "Yeah, begitulah," pungkas Nino. "Daripada waktu kita banyak terbuang lantaran soal yang sulit dipecahkan -- lebih baik kan di lewati saja. Rasa-rasanya seperti itu juga kalau kita lagi ulangan ataupun ujian. Kalau kita terpaku pada satu soal saja, maka soal-soal yang lain tak akan sempat kita jawab. Keburu habis nanti waktu kita kalau cuma terpaku di soal yang tak kita pahami sedikitpun."
   "Hmm.. benar juga kau," kata Jono setuju. "Jadi bagaimana sekarang?"
   Nino kemudian menatap arloji di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 6 sore.
   "Oh iya, besok kan hari minggu. Bagaimana kalau kita menginap di sini saja malam ini?"
   "Ide yang bagus!" Kata Jono setuju. "Kau mau begadang ya? Buat memecahkan teka-teki itu?"
   Nino mengangguk. "Yeah, begitulah. Banyak hal yang harus dipikirkan malam ini."
   "Baiklah, aku mau pulang dulu buat ganti baju dan minta ijin sama orang tuaku." Nino kemudian bersiap untuk pulang ke rumahnya. Dia lalu menurunkan tali dengan balok-balok yang terikat yang berfungsi sebagai tangga di rumah pohon itu. Kemudian dia turun dari markas dan langsung meraih sepedanya. Sementara Jono juga melakukan hal yang sama seperti Nino.


   "Kopi sudah siap!" Seru Jono yang baru menyeduh 2 gelas kopi buat dirinya dan sobatnya. Kedua bocah itu memang gemar minum kopi layaknya orang dewasa -- tapi kalau pas begadang saja.
   "Wah wah wah.. Terima kasih bro," kata Nino sumringah. "Semoga kau dapat pahala, hehehe.."
   Kali ini kedua detektif cilik itu tengah berada di markas mereka. Walaupun jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam – namun keadaan di dalam rumah pohon itu tidak segelap di luar. Setidaknya ada 2 buah lampu yang terdapat di sana, membuat suasana terasa seperti di rumah sendiri.
   Seluruh jendela dan pintu ruangan pun ditutup, agar tidak terlalu dingin. Kasur lipat dibuka agar bisa untuk berbaring. Dan mie rebus sudah siap dari tadi sebagai pengobat lapar -- bersama kopi tentunya – yang ditaruh di atas meja bundar. Semuanya sudah siap sekarang!
   Nino kini tengah sibuk memikirkan teka-teki di tangannya, sementara Jono sedang asyik menyantap mie rebus yang sudah disiapkannya dari tadi. Dia makan dengan rakusnya.
   "Hei, kau tidak lapar? Ayo kita makan bareng, nanti mienya dingin looh."
  "Oke-oke," sahut Nino seraya mendatangi Jono yang ada di meja bundar. Keduanya kemudian menyantap mie bersama malam itu. Dan tentunya ditemani oleh dua gelas kopi di meja.
   "Kira-kira bisa tidak teka-teki itu dipecahkan?" Jono memulai obrolan sambil melahap mie.
   "Entahlah," jawab Nino singkat. "Jujur, dari semua teka-teki itu – kemungkinan  hanya 1 kalimat saja yang bisa aku pecahkan. Setidaknya untuk saat ini."
  "Kalimat yang mana?" tanya Jono lagi sambil terus melahap mie rebus kesukaannya.
   "Kalimat yang terakhir," jawab Nino. "Sepertinya aku melompati banyak soal ya, hehehe.." Nino tertawa. Namun tawanya bukan menyiratkan rasa senang -- melainkan untuk menghibur dirinya yang sedikit kecewa -- lantaran hanya satu  kalimat saja yang bisa dipecahkan olehnya.
   Jono akhirnya selesai menghabiskan mie rebusnya. Dia langsung menenggak kopi yang tadi dibikinnya sendiri -- dengan sangat cepat. Rupanya dia kehausan karena makannya yang terlalu rakus.
   Jono kemudian duduk di atas kasur lipatnya dan menyalakan televisi. Dia membuka channel SCTV -- karena tiap malam minggu ada tayangan favoritnya yaitu siaran langsung Liga Inggris.
   Sementara si Nino kemudian langsung meraih kasur lipatnya. Sepertinya dia ingin tidur.
   "Loh, kau langsung tidur ya?" tanya Jono. "Katanya mau begadang?"
   "Aku mau istirahat dulu. Soalnya besok mau menyelidiki sesuatu. Kau mau ikut?"
   "Yeah, boleh saja" jawab Jono. "Tapi aku sepertinya begadang malam ini. Soalnya Arsenal nih yang main tim favoritku, hehe.." Jono terlihat sangat bersemangat.
   "Ya, sudah. Aku tidur duluan," kata Nino seraya memejamkan matanya. Rupanya dia ingin segera beristirahat. Atau – mungkinkah dia sudah menyerah untuk memecahkan teka-teki itu?

***

   "Hoaamm!" si Jono tampak masih mengantuk lantaran begadang tadi malam. Namun dia tetap memacu sepedanya sekuat tenaga. Sementara si Nino sudah melaju beberapa meter di depannya.
   "Woii.. tunggu aku..!" Teriak si Jono seraya mempercepat laju sepedanya agar bisa beriringan dengan Nino. Nino pun akhirnya memperlambat laju sepedanya.
   "Bagaimana? Enak bukan pagi-pagi begini naik sepeda!” Seru Nino. “Selain udaranya sejuk, kita juga jadi banyak gerak," goda Nino kepada temannya yang masih mengantuk itu.
   "Ya ya ya.." ucap Jono. Dia memang suka begadang, tapi dia juga suka olahraga. Namun kali ini dia benar-benar mengantuk. "Eh, memangnya kita mau kemana?"
   "Kita mau ke rumah pak Anton, yang saudaranya pak Hendro itu."
   "Loh, bukannya ini kepagian?" Tanya Jono heran.
   Nino pun menghela nafasnya. "Kau lupa hari ini hari apa?"
   "Hm.. hari minggu kan? Memangnya kenapa?"
   "Naah... biasanya orang-orang kaya seperti pak Anton itu kalau hari minggu pasti akan jalan-jalan bersama keluarganya. Jadi, kita akan ke rumahnya sebelum dia pergi ke luar rumahnya."
   "Oh, benar juga ya," ucap Jono sependapat -- namun dengan wajah yang terlihat masih sangat mengantuk.
   Pagi itu Jono dan Nino menelusuri jalan dengan sepeda mereka. Terlihat hanya ada beberapa orang yang ada di jalan – kebanyakannya adalah mereka yang sedang jogging -- ada juga yang memakai sepatu roda dan skate board. Kemungkinan tujuan mereka semua sama -- yaitu ke pusat kota – yang ada di bundaran mesjid raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Di sana setiap pagi minggu banyak orang-orang yang jogging atau sekedar jalan-jalan untuk cuci mata. Sudah menjadi semacam jadwal tetap untuk itu. Lagipula di seberang bundaran itu ada siring yang viewnya menghadap ke sungai. Sangat bagus untuk refreshing di pagi yang cerah seperti hari Minggu ini.




   "Lagi-lagi perkiraanmu salah," gumam Jono seraya menyandarkan bahunya di pinggir siring. Sesekali matanya melihat ke arah lalu lalang orang-orang yang sedang lari pagi di jalan raya.
   "Yeah, lagi-lagi di luar perhitunganku," kata Nino. "Aku tak menyangka kalau pak Anton tak ada di rumah dan katanya sedang berada di luar kota. Huuftss..."
   "Ya, betul itu," tambah Jono. "Tapi ada satu hal yang bikin aku kesal. Satpamnya galak bener.. Hedeeh.." Jono teringat dengan perlakuan satpam di rumahnya pak Anton barusan.
  "Dia bilang kalau pak Anton tidak ada di rumah --- bagaimana kalau dia berbohong?" Tanya Jono
   "Tak usah kau pikirkan," pungkas Nino. "Tak ada gunanya kita memaksa orang lain."
   "Tapi tunggu dulu! Memangnya apa tujuanmu mencari pak Anton?" tanya Jono heran. "Kau tak memberitahukan aku dari tadi. Dan ini bikin aku penasaran.”
   Nino kemudian menghela nafasnya. "Sebenarnya simpel saja, hanya ingin menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan almarhum pak Hendro. Atau lebih tepatnya berhubungan dengan kalimat terakhir di teka-teki harta karun itu. Jawabannya hanya diketahui oleh orang dekat almarhum.”
   "Ooh.. Yang kau bilang tadi malam ya. Yang kata kau 'hanya satu kalimat saja yang bisa kau pahami', begitu?"
   "Yup, tepat sekali." Jawab Nino. Kini posisi badan bocah itu berbalik menatap ke arah sungai yang luas. Di sana ada beberapa perahu motor yang lalu lalang membawa penumpang. Perahu itu semacam transportasi sungai yang sering dipergunakan di Banjarmasin.
   "Kalimat terakhir itu isinya 'Hanya bisa dilihat apabila pergi ke tempat pertama aku bertemu dengan orang yang aku cintai'. Di situ maknanya sangat jelas, kalau 'harta karun yang tak terlihat' ini hanya bisa ditemukan dengan cara itu. Bisa dibilang, kalimat terakhir itu adalah kunci dari semua ini. Kunci yang bisa mengungkapkan di mana harta karun itu berada."
    Jono pun menggaruk-garuk kepalanya tanda dirinya masih belum mengerti.
   “Rencanaya kau mau menanyakan apa dengan pak Anton?" Kali ini Jono kembali penasaran dengan jalan pikiran sahabatnya itu.
   "Ya tentu saja menanyakan -- siapa orang yang paling dicintai oleh pak Hendro?" papar si Nino. "Hanya Pak Anton lah orang terdekat almarhum saat ini. Lantaran istri dari pak Hendro sudah meninggal lebih dulu -- dan kita tidak bisa bertanya kepada orang yang sudah mati.”
   "Hmm.. Benar juga, sih," gumam si Jono. Matanya masih menatap ke arah yang berlawanan dengan si Nino -- yaitu ke arah jalan raya. Sementara si Nino masih asyik menghadap ke arah sungai yang tenang. Dia berusaha berfikir sambil menenangkan kepalanya yang benar-benar pusing.
    "Jadi bagaimana sekarang? Satu-satunya narasumber kita sedang di luar kota?"
  "Entahlah, aku juga bingung," Jawab Nino. Tangannya kemudian merogoh sakunya dan mengambil kertas kecil berisi teka-teki yang sedang dihadapinya. Dia kembali mengamati kalimat itu satu persatu. Wajahnya tampak serius. Sesekali dia mengusap-usap dagunya.
   "Baru kali ini aku melihatmu begitu putus asa," gumam Jono.
   "Aku bukannya putus asa!" Seru Nino. "Hanya saja aku teringat dengan Dita yang sedang terbaring koma. Jadinya aku tidak fokus -- karena dikejar waktu. Konsentrasiku benar-benar pecah. Aku sangat bingung sekarang!" Nino terlihat sedikit frustasi.
   Jono pun menjadi bingung. Baru kali ini dia melihat sahabatnya itu menjadi pesimis. Biasanya si Nino selalu optimis dan pantang menyerah. Kali ini dia terlihat lesu dan murung. Ada apa dengan si anak jenius itu? Pikir si Jono. Apalagi sikap frustasinya itu diperlihatkan dengan jelas. Tangannya menggaruk-garuk kepala, raut wajahnya sangat murung – tidak seperti Nino yang biasanya.
   "Hai anak-anak!" Tiba-tiba ada seorang wanita cantik muncul di hadapan Jono dan Nino. Wanita berambut panjang itu memiliki paras yang cantik. Kemunculan wanita itu kontan saja membuat si Jono terkejut. Sementara si Nino justru sebaliknya. Dia tenang-tenang saja. Dia tidak terkejut. Dia seperti sudah mengira kedatangan wanita itu. Raut wajahnya menjadi optimis lagi.

   Akhirnya Nino pun berbisik kepada Jono, "Kau lihat sendiri kan, akhirnya ada ikan yang memakan 'umpan' dariku."
   Wajah Nino terlihat optimis. Berbeda jauh dari keadaan beberapa detik yang lalu. Apa sebenarnya maksud dari kata ‘umpan’ yang dikatakan Nino itu?

(To be continued...)


Lihat bab lainnya di: D2C1

***




Author: A F
Profesi: Internet marketer, penulis dan pencipta lagu
Dengarkan lagu ciptaannya di: 
www.reverbnation.com/triology4
www.reverbnation.com/ajiesongcollection
KUTIPAN FAVORIT:
"Enjoy Aja!"

CAUTION!

- DILARANG KERAS MENIRU, MENJIPLAK DAN MENGKOPI IDE MAUPUN ISI DARI TULISAN DI ATAS. KARENA ITU MERUPAKAN PELANGGARAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA.


- APABILA DITEMUKAN PELANGGARAN HAK CIPTA/PLAGIAT, MAKA AKAN BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN HUKUM DI REPUBLIK INDONESIA!


Baca Juga