Fenomena Sinetron 'Berbau Binatang', Positif Atau Negatif?
Para pecinta sinetron Indonesia, serial sinetron di Indonesia selalu bergerak dinamis. Tren dari tema sinetron selalu berubah seiring waktu berjalan. Dan ketika tren suatu tema sedang fenomenal, maka akan banyak sinetron lainnya yang mengikuti tren tersebut.
Untuk tren yang terjadi saat ini adalah, tipe sinetron dengan genre 'berbau binatang'.
Positif atau negatif kah?
Kita tahu sendiri, fenomena genre sinetron 'berbau binatang' sudah dimulai sejak 2014 lalu. Dengan kemunculan sinetron Ganteng-Ganteng Serigala (SCTV), kemudian disusul dengan kemunculan sinetron Manusia Harimau (MNC TV) dan yang paling fenomenal adalah kemunculan sinetron 7 Manusia Harimau (RCTI). Untuk sinetron 7 Manusia Harimau sendiri mendapatkan penghargaan sebagai drama seri terfavorit Panasonic Gobel Award 2015.
Tidak berhenti di situ saja, tren sinetron 'berbau binatang' kembali muncul di sinetron terbaru RCTI yang berjudul Rajawali. Sinetron ini mengangkat sosok siluman Rajawali sebagai tokoh utamanya.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana dampak dari sinetron 'berbau binatang' ini? Apakah positif atau negatif.
Jawabannya adalah kedua-duanya benar, yaitu positif dan juga negatif.
Sisi positifnya adalah, setidaknya genre sinetron seperti ini tidak mengarah ke cerita tentang pergaulan bebas, narkoba maupun minuman keras. Bahkan ada juga beberapa sinetron yang mengangkat budaya daerah dan menggunakan gaya bahasa Indonesia yang santun dan bukan bahasa gaul. Selain itu, cara menyapa, kebiasaan penduduk dan budaya tolong-menolong menjadi sisi positif yang bisa dijadikan suri tauladan bagi kita semua.
Untuk sisi negatifnya adalah, adanya unsur perkelahian/kekerasan dan sedikit unsur mistis serta takhayul. Ya, cerita sinetron dengan genre tersebut sebagian besar diisi dengan adegan pertarungan.
Adalah contoh yang sangat buruk apabila adegan pertarungan tersebut ditonton oleh anak-anak. Mereka tentunya akan terbawa akan adegan tersebut dan ada pula yang mempraktekkannya di dunia nyata.
Kemudian dengan adanya unsur-unsur mistis dan takhayul juga sedikit banyak bisa mempengaruhi pola pikir orang yang menontonnya. Apabila anda tak bisa memfilter mana yang logis dan mana yang bukan, maka pikiran anda sedikit demi sedikit akan tersugesti dengan apa yang anda lihat. Apalagi yang anda lihat adalah acara yang anda gemari.
Adalah contoh yang sangat buruk apabila adegan pertarungan tersebut ditonton oleh anak-anak. Mereka tentunya akan terbawa akan adegan tersebut dan ada pula yang mempraktekkannya di dunia nyata.
Kemudian dengan adanya unsur-unsur mistis dan takhayul juga sedikit banyak bisa mempengaruhi pola pikir orang yang menontonnya. Apabila anda tak bisa memfilter mana yang logis dan mana yang bukan, maka pikiran anda sedikit demi sedikit akan tersugesti dengan apa yang anda lihat. Apalagi yang anda lihat adalah acara yang anda gemari.
Lalu bagaimana solusi untuk menyikapi hal ini?
Jawabannya adalah dengan mengambil sisi positif dan membuang sisi negatif. Bagi anda yang memiliki anak yang suka menonton sinetron dengan genre-genre di atas, dampingilah mereka. Sisihkan waktu anda untuk menjelaskan hal-hal yang menurut anda sedikit di luar logika kepada anak anda. Jawablah tiap pertanyaan (yang mungkin) muncul dari anak anda ketika menonton sinetron-sinetron tersebut. Serta arahkan dan edukasikanlah anak anda untuk mengamalkan hal-hal positif dari sinetron-sinetron yang mereka tonton itu.
Beruntungnya, stasiun TV juga akhir-akhir ini ada menyajikan sinetron-sinetron yang sifatnya mendidik. Jadi mereka pun berusaha mengimbangi tayangan yang mereka sajikan, agar penonton juga mendapatkan edukasi dan inspirasi.
Jadi tinggal kita saja yang bisa menentukan pilihan. Apakah mengambil sisi positif, atau sisi negatifnya?
(Artikel ini ditulis oleh Fahrurraji, seorang pengamat dunia entertainment Indonesia)
Tentang penulis:
Nama: Fahrurraji
Profesi: Musisi, penulis
Facebook: Fahrurraji
Motto: "Hidup adalah pembelajaran. Tidak ada kata 'lulus' dalam mencari ilmu dan pengalaman."