--> Skip to main content


  

5 Alasan Kenapa "Drama" Bisa Mengalahkan Talenta dan Prestasi

Selebshop.com - Selamat datang di Indonesia!

Di mana seseorang yang memiliki sensasi drama -- malah mendapatkan "panggung" ketimbang seseorang yang berprestasi dan bertalenta.

Kalau diulik lebih lanjut, kira-kira apa ya penyebabnya ?


prestasi vs sensasi bagusan mana?
Drama vs prestasi

Disclaimer dulu. Tulisan kali ini hanya sekedar opini dari saya pribadi. Dan tidak ada niatan di dalamnya untuk menghina ataupun memojokkan siapapun.

Oke?

Baik.

5 Hal berikut ini adalah argumen dari saya, apa penyebab "drama" bisa mengalahkan "prestasi".

Yuk disimak dengan bijak.


1. Karakteristik pemirsa Indonesia adalah penyebab utama

Ini yang utama, yaitu pangsa pasar di industri hiburan Indonesia alias masyarakat Indonesia.

Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai sensasi, drama, gossip, aib, ghibah, dan sejenisnya.

Hanya sebagian kecil yang tertarik pada prestasi, talenta, dan kemampuan seorang public figure.

Karena karakteristik sebagian masyarakatnya seperti itu, maka "tercipta-lah" selebriti-selebriti yang lebih menonjolkan drama dan sensasi, ketimbang talenta dan prestasi.

Di benak mereka, "kalau pingin terkenal, banyakin drama-drama-an aja"..


2. Media ikut "memberi panggung"

Media pun sepertinya ikut andil dalam hal ini.

Mereka seakan "memberi panggung" bagi public figure yang sensasional.

Sebaliknya, jarang ada putra-putri berprestasi yang diundang di suatu acara TV.

Yang lebih sering yang diundang adalah, mereka yang lagi drama-dramaan.


Namun ini semua kembali lagi ke "selera masyarakat" tadi.

Media mah cuma ikut-ikutan mencari perhatian masyarakat.

Istilahnya mendapatkan traffic kunjungan dari viewers (media online), dan berlomba meraup rating (media televisi).


3. Orang berprestasi dianggap bukan "komoditas yang menjual"?

Banyak pemenang olimpiade matematika, atau juara kontes musik internasional asal Indonesia -- namun tidak "diberi panggung" di tanah air tercintanya.

Kira-kira apa penyebabnya?

Penyebabnya, mereka dianggap "kurang menjual".

Lantas, sosok seperti apa yang dianggap "menjual"?

Jawabannya, kembali ke poin pertama -- yaitu ikuti selera mayoritas masyarakat.

Apa yang disukai mayoritas masyarakat, itulah yang "sepertinya" menjual.


4. Mereka yang terkenal karena "drama" tahu momentum

Mengetahui selera masyarakat suka yang "begituan", alhasil banyak drama maker yang memanfaatkan momentum agar bisa viral.

Bahkan tak segan mereka "menciptakan konflik" yang mengada-ngada -- dengan orang yang lebih terkenal.

Istilahnya adalah pansos.

Alhasil, namanya akan selalu diberitakan media -- karena ada "drama" diantara dia dengan si orang terkenal tadi.

Tau kan arti pansos

Tapi jangan dicari di Google Translate ya, karena pasti "error 404".


5. Mungkinkah ada "perusahaan" yang menjadi "drama consultan" (mungkin)?

Kalau "drama" dan "sensasi" akhir-akhir ini semakin marak, mungkinkah ada suatu pihak yang menjadi "drama consultan"-nya?

Mereka adalah pihak yang "menciptakan" drama, menentukan momentum "eksekusi"nya, dan mereka bergerak di "balik layar"?

Jasabannya....

Mungkin iya, mungkin juga tidak.

Selama belum bisa dibuktikan, saya tidak bisa mengatakan YA.

Namun melihat kenyataan di lapangan, saya tidak tega untuk mengatakan TIDAK.

So, biarkan kita lihat ke depannya apa yang sebenarnya terjadi di "industri" ini.


Baca juga:

Bagaimana cara mengundang artis untuk mengisi acara kita?


Itulah dia OPINI dari saya, kenapa popularitas seseorang yang penuh "sensasi" bisa mengalahkan orang yang berprestasi".

Ini hanya sekedar opini ya, gaes.. Jadi jangan terlalu dianggap serius, hehehehe... (af)


Baca Juga